BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengetahuan
berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia
karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan,
namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival).
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan
kelangsungan hidup ini dan berbagai problema yang menyelimuti
kehidupan.
Manusia
senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup ini. Yang hendak diraih
adalah pengetahuan yang benar, kebenaran hidup itu. Manusia merupaka
makhluk yang berakal budi yang selalu ingin mengejar kebenaran. Dengan
akal budinya, manusia mampu mengembangkan kemampuan yang spesifik
manusiawi, yang menyangkut daya cipta, rasa maupun karsa. Ketika orang
menyaksikan sebuah pantai, sebut saja pantai Tanjung A’an di pulau
Lombok, orang akan terheran-heran dengan pasir putih. Kemegahan alami
itu menggugah perhatian manusia, setidaknya ingin mengetahui
sesungguhnya apakah hidup itu seperti pasir? Siapa yang menciptakan
pasir putih berib-ribu dan bahkan berjuta-juta butir, serta untuk apa
maknanya bagi manusia.
Pada
pembahasan makalah kali ini penulis mencoba menjelaskan tentang
pengetahuan dan ukuran kebenaran, yang meliputi hakikat pengetahuan,
bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dimana atau dari mana pengetahuan
itu diperoleh, dan apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan
yang benar adanya atau sebaliknya. Serta bagaimana ukuran kebenaran dari
pengetahuan yang didapat tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi pengetahuan?
2. Bagaimana ciri-ciri ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana jenis-jenis pengetahuan?
4. Darimana pengetahuan itu didapat?
5. Bagaimana menentukan kebenaran suatu pengetahuan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PENGETAHUAN
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Secara terminologi dikemukakan
beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba,
pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus
filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang
diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan
dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional objek dalam
subjek. Namun dalam artian sempit pengetahuan hanya berarti putusan yang
benar dan pasti.
Para
ahli hingga kini masih memperdebatkan definisi pengetahuan, terutama
karena rumusan pengetahuan oleh Plato yang menyatakan pengetahuan
sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan” (justified true belief).
Pendapat dari WHO (1992) bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman,
selain itu juga dari guru, orang tua, buku, dan media masa. Sedangkan
menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.
Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti
motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta
keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).
Berdasarkan
uraian-uraian di atas, maka dapat kita definisikan bahwa Pengetahuan
merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu
ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses
pendidikan maupun melalui pengalaman. (Sumber: Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta)
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Pendidikan
Pendidikan
adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan
yaitu mencerdaskan manusia.
2. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
3. Keterpaparan informasi
Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”.
Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat
diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer
pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain
sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya
sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu. Sedangkan
informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program
komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan
pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible),
sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang
diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta
diteruskan melalui komunikasi.
B. CIRI-CIRI ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie (1987), mempunyai 5 ciri pokok, yakni:
1. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.
4. Analistis, pengetahuan
ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya kedalam bagian yang
terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari
bagian-bagian itu.
5. Verifikatif, dapat diperisa kebenarannya oleh siapa pun juga.
Van Melsen (1985) mengemukakan ada delapan ciri yang menandai ilmu yaitu sebagai berikut:
1. Ilmu
pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara
logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode)
maupun harus susunan logis.
2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuan.
3. Universalitas ilmu pengetahuan.
4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.
5. Ilmu
pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang
bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6. Progresivitas,
artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila
mengandung pernyataan baru dan menimbulkan problem baru lagi.
7. Kritis,
artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka dari suatu
peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dengan praktik.
Demi
objektivitas ilmu, ilmuwan harus bekerja dengan cara ilmiah. Dapat
disimpulkan bahwa sifat ilmiah dalam ilmu dapat diwujudkan apabila
dipenuhi syarat-syarat yang intinya adalah:
1. Ilmu harus mempunyai objek, ini berarti bahwa kebenaran yang hendak diungkapkan dan dicapai adalah persesuaian antara pengetahuan dan objeknya.
2. Ilmu
harus mempunyai metode, ini berarti bahwa untuk mencapai kebenaran yang
objektif, ilmu tidak dapat bekerja tanpa metode yang rapi.
3. Ilmu
harus sistematik, ini berarti bahwa dalam memberikan pengalaman,
objeknya dipadukan secara harmonis sebagai suatu kesatuan yang teratur.
4. Ilmu
bersifat universal, ini berarti bahwa kebenaran yang diungkapkan oleh
ilmu tidak mengenai sesuatu yang bersifat khusus, melainkan kebenaran
itu berlaku umum. (Hartono Kasmadi, dkk, 1990: 8-9)
C. JENIS-JENIS PENGETAHUAN
Pengetahuan itu menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas:
1. Pengetahuan non ilmiah
Pengetahuan
non ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
cara-cara yang tdiak termasuk dalam metode ilmiah. Secara umum yang
dimaksud dengan pengetahuan non ilmiah adalahsegenap hasil pemahaman
manusia atas atau mengenai barang sesuatu atau objek tertentu yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan
ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan
menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang
sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat
tertentu dengan cara berpikir yang khas, yaitu metodologi ilmiah.
Jenis-jenis
pengetahuan juga dapat dilihat pada pendapat Plato dan Aristoteles.
Plato membagi pengetahuan menurut tingkatan pengetahuan sesuai dengan
karakteristik objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
Tingkatan
yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah pengetahuan yang
objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini isinya adalah
hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta
kenikmatan manusia yang berpengalaman.
2. Pengetahuan Pistis (Substansial)
Satu
tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan
substansial. Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenal hal-hal yang
tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara
langsung.
3. Pengetahuan Dianoya (Matematika)
Plato
menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah tingkatan ketiga yang ada di
dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang
tampak, tetapi juga terletak pada bagaimana cara berpikirnya.
Dengan
demikian dapat dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini
adalah pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau
kuantitas entah luas, isi, jumlah, berat yang semata-mata merupakan
kesimpulan dari hipotesis yang diolah oleh akal pikir karenanya
pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir.
4. Pengetahuan Noesis (Filsafat)
Pengetahuan
Neosis adalah pengetahuan tingkatan tertinggi, pengetahuan yang
objeknya adalah arche ialah prinsip utama yang mencakup epistemologik
dan metafisik. Prinsip utama ini disebut ”IDE”. Plato menerangkan
tentang pengetahuan ini adalah hampir sama dengan pengetahuan pikir
Tujuannya
adalah untuk mencapai prinsip utama yang isinya hal yang berupa
kebaikan, kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara berpikir untuk
mencapai tingkat tertinggi dari pengetahuan itu adalah dengan
menggunakan metode dialog sehingga dapat dicapai pengetahuan yang
sungguh-sungguh sempurna yang biasa disebut Episteme.
Buhanuddin salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
1. Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Common sense diperoleh
dari pengalaman sehari-hari seperti air dapat dipakai untuk menyiram
bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan
mengeringkan sawah, dsb.
2. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif untuk
menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang
diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen,
klasifikasi. Seperti bumi berputar pada porosnya, air termasuk unsur
penting dalam organ tubuh manusia, dst.
3. Pengetahuan filsafat,
yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada
universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya
pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas
hal yang lebih luas dan mendalam. Seperti apa hakikat manusia, hakikat
tuhan, mengapa diciptakan manusia, dst. Itu merupakan pemikiran
filsafat.
4. Pengetahuan agama,
yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para
utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh
para pemeluk agama dan mengandung beberapa hal pokok yaitu ajaran
tentang cara berhubungan dengan Tuhan. Selain itu, iman kepada Hari
Akhir merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang
membuat manusia optimis akan masa depannya.
D. SUMBER PENGETAHUAN
Semua
orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya adalah dari mana
pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Persoalan
yang muncul tentang bagaimana proses terbentuknya pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia dapat diperoleh melalui cara pendekatan apriori
maupun aposteriori. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan
apriori adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa mengetahui proses
pengalaman, baik pengalaman yang bersumber pada panca indra maupun
pengalaman batin atau jiwa. Sebaliknya, pengetahuan yang diperoleh
melalui pendekatan aposteriori adalah pengetahuan yang diperolehnya
melalui informasi dari orang lain atau pengalaman yang telah ada
sebelumnya.
Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai
alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada
beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain:
1. Empirisme
Menurut
aliran ini, manusia meperoleh pengetahuan melalui pengalamannya,
kebenaran pengetahuan hanya didasarkan pada fakta-fakta yang ada
dilapangan. Pengetahuan manusia itu dapat diperoleh melalui pengalaman
yang konkret karena gejala-gejala alamiah yang terjadi dimuka bumi ini
adalah bersifat konkret dan dapat dinyatakan melalui pancaindra manusia.
Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yakni kesan-kesan (impressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas).
Yang dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari
pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Yang dimaksud dengan ide
adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan
dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang
diterima dari pengalaman.
Berdasarkan
teori ini, akal hanya megelola konsep gagasan inderawi. Sumber utama
untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari
panca indera. Akal tidak berfungsi banyak, kalaupun ada, itu pun sebatas
ide yang kabur.
2. Rasionalisme
Aliran
ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia
memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Fungsi
pancaindera hanya untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan akalnya
menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain. Dalam penyusunan ini
akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal.
Spinoza
memberikan penjelasan yang lebih mudah dengan menyusunn sistem
rasionalisme atas dasar ilmu ukur. Dalil ilmu ukur merupakan dalil
kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Contohnya “sebuah garis
lurus merupakan jarak terdekat diantara dua titik”.
Kant
menekankan pentingnya meneliti lebih lanjut terhadap apa yang telah
dihasilkan oleh indera dengan datanya dan dilanjutkan oleh akal dengan
melakukan penelitian yang lebih mendalam. Ia mencontohkan bagaimana kita
dapat menyimpulkan kalau kuman tipus menyebabkan demam tipus tanpa
penelitian yang mendalam dan eksperimen.
3. Intuisi
Menurut
Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi. Intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak
dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi mengatasi sifat lahiriyah
pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis, menyeluruh,
mutlak, dan tanpa dibantu oleh penggambaran secara simbolis. Karena itu,
intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika.
Intuisi
bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk
menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan.
Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis
selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan.
Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam
menemukan kebenaran.
Bagi Nietzchen intuisi merupakan “intelegensi yang paling tinggi” dan bagi Maslow intuisi merupakan “pengalaman puncak” (peak experience).
Adapun perbedaan antara intuisi dalam filsafat barat dengan makrifat
dalam islam adalah kalau intuisi dalam filsafat barat diperoleh lewat
perenungan dan pemikiran yang konsisten, sedangkan dalam islam makifat
diperoleh lewat perenungan dan penyinaran dari Tuhan .
4. Wahyu
Wahyu
adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat
perantara para Nabi. Para Nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa
upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya.
Pengetahuan, mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta.
Pengetahuan
dengan jalan ini merupkan kekhususan para Nabi. Hal inilah yang
membedakan mereka dengan manusia-manusia lainnya. Akal meyakinkan bahwa
kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena memang
pengetahuan itu ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya.
Bagi manusia tidak ada jalan lain kecuali menerima dan membenarkan
semua yang berasal dari Nabi.
Wahyu
Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang
yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah
transendental. Kepercayaan ini yang merupakan titik tolak dalam agama
lewat pengkajian selanjutnya dapat menigkatkan atau menurunkan
kepercayaan itu.
E. UKURAN KEBENARAN
Berpikir
merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.Pada
setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat
danwatak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika
tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Scara umum
orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran,
namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja.Problem kebenaran
inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi.
Untuk menentukan kebenaran suatu pengetahuan ada beberap teori yang dapat dijadikan sebagai kriteria. Menurut Michael Williams terdapat 5 teori kebenaran, yaitu:
1. Kebenaran Koherensi
Sesuatu
yang koheren dengan sesuatu yang lain berarti ada kesesuaian atau
keharmonisan dengan sesuatu yang memiliki hirarki lebih tinggi, hal ini
dapat berupa skema, sisitem, atau nilai. Koheren tersebut mungkin saja
tetap pada dataran sensual rasional, tetapi mungkin pula menjangkau
dataran transenden.
2. Kebenaran Korespondensi
Berfikir
benar korespondensi adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu
relevan dengan sesuatu yang lain. Korespondensi relevan dibuktikan
adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta
yang diharapkan (positifisme), antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik.
3. Kebenaran Performatif
Ketika
pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan actual dan
menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis, yang teoritik,
maupun yang filosofik. Orang yang mengetengahkan kebenaran tampilan
actual yang disebut dengan kebenaran performatif tokoh penganut ini
antara lain Strawson (1950) dan Geach (1960) sesuatu sebagai benar
biladapat diaktualkan dalam tindakan.
4. Kebenaran Pragmatik
Perintis
teori ini adalah Charles S. Pierce. Yang benar adalah yang konkret,
yang individual, dan yang spesifik, demikian James Deweylebih lanjut
menyatakan bahwa kebenaran merupakan korespondensi antara ide denga
fakta, dan arti korespondensi menurut Dewey adalah kegunaan praktis.
5. Kebenaran Proposisi
Sesuatu
kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar dalam
logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai denganpersyaratan
formal suatu proposisi. Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi
banyak konsep kompleks.
Descartes merumuskan pedoman penyelidikan supaya orang jangan tersesat dalam usahanya mencapai kebenaran sebagai berikut:
Pertama,
janganlah sekali-kali mnerima sebagai kebenaran, jika tidak ternyata
kebenarannyadengan terang benderang, hauslah kita membuang segala
prasangka dan janganlah campurkan apapun juga yang tak nampak
sejeas-jelasnya kepada kita, hinga tak ada dasar sedikitpun juga untuk
sanksi.
Kedua, rincilah tiap kesulitan sesempurna-sempurnanya dan carilah jawaban secukupnya.
Ketiga,
aturlah pikiran dan pengetahuan kita sedemikian rupa, sehingga kita
mulai dari yamng paling rendah dan sederhana, kemudian meningkat dari
sedikit, setapak demi setapak untuk mencapai pengetahauan yang lebih
sukar dan lebih ruwet.
Keempat, buatlah
pengumpulan fakta sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya dan
seumum-umumnya hingga menyeluruh, sampai kita tidak khawatir kalau-kalau
ada yang kelewatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengetahuan
itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan merupakan
hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni : pendidikan, media dan keterpaparan informasi.
Ciri-ciri
ilmu pengetahuan menurut The Liang Gie (1987) adalah empiris,
sistematis, objektif, analistis, dan verifikatif. Jenis-jenis
pengetahuan menurut Soejono Soemargono ada dua yakni pengetahuan non
ilmiah dan pengetahuan ilmiah. Sedangkan Jenis-jenis pengetahuan menurut pendapat Plato dan Aristoteles ada 4, yakni: pengetahuan Eikasia (Khayalan), pengetahuan Pistis (Substansial), pengetahuan Dianoya (Matematika), dan pengetahuan Noesis (Filsafat).
Buhanuddin salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu: pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama. Terdapat beberapa sumber pengetahuan, yakni: empirisme, rasionalisme, intuisi, dan wahyu. Dan untuk menentukan kebenaran suatu pengetahuan ada beberapa teori yang dapat dijadikan sebagai kriteria. Menurut Michael Williams terdapat 5 teori kebenaran, yaitu: kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik, dan kebenaran proposisi.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. A. Fuad Ihsan. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.
Dr. Suwardi Endraswara, M. HUM. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: CAPS.
Amsal Bakhtiar,2004. Filsaat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar